Tetapi, cinta itu anugerah Ilahi. Cinta itu pasti didapati, apabila Allah Subhanallahu wa Ta'ala berkehendak. Begitu juga sebaliknya. Cinta itu tidak akan pernah didapati apabila Allah Subhanallahu wa Ta'ala berkehendak. Seperti riwayat-riwayat cinta utuh dan tulus yang di dapatkan perempuan-perempuan di bawah ini:
Ibnu Al-Jauzy mengatakan: “Ada satu riwayat yang dinisbahkan kepada Usman ibn Al-Nisabury: Pekerjaan apa yang ditangguhkan untukmu? Dia mengatakan ; Saya dalam memberikan kasih sayang, hingga keluargaku berupaya untuk menikahkanku, tapi aku tidak mau. Kemudian seorang wanita datang kepadaku lalu mengatakan : Wahai Abu Usman aku mencintaimu, demi Tuhan! Aku mohon padamu untuk menikahi aku. Kemudian aku menghadirkan bapaknya-orang yang tak punya- dan menikahkannya denganku, dengan demikian dia merasa girang dan gembira.
Ketika wanita itu masuk menghadapku, ternyata matanya buta sebelah, memiliki cacat, tidak cantik. Karena cintanya padaku ia melarangku untuk keluar, lalu aku duduk demi menjaga kegusarannya, dan aku tidak menampakkan kebencian sama sekali, seolah-olah aku menyingkirkan segala ketidak sukaan. Aku lakukan itu selama 15 tahun hingga ia wafat. Aku tidak memiliki apapun dari pekerjaanku kecuali aku menangguhkannya, demi untuk memelihara kegusaran hatinya. (Saidul khatir, 635-636)
Ibnu Qayyim mengatakan : “Dikatakan: Ada seseorang menikahi seorang wanita. Ketika masuk ia mendapati pada anggota tubuhnya cacar. Dia mengatakan: Aku menutupi kedua mataku, lalu aku katakan : Aku buta, setelah 20 tahun wanita itu wafat dan dia tidak mengetahui bahwa aku tidak buta. Kemudian dia ditanya mengapa demikian: Dia menjawab aku tidak ingin pandanganku menyedihkannya karena ada aib yang dimilikinya yaitu cacar” (Madarijus Salikin 2/326)
Kemudian simaklah kisah lainnya berikut ini:
Syaikh Dr. Muhammad ibn Luthfy as-Shabbagh mengatakan: Seorang kawan berbicara padaku bahwa gurunya menyimpan rahasia dengan suatu kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya, dia mengatakan: Sesungguhnya aku telah menikahi istriku ini selama 40 tahun. Aku tidak pernah melihat satu halpun yang menggembirakan. Sejak hari pertama mempergaulinya, aku tahu dia cocok denganku dalam suatu hal, tapi dia adalah putri pamanku, dan aku yakin tidak ada seorangpun yang mau menanggungnya, aku tetap bersabar dengan penuh perhitungan. Allah subhanahu wata’ala mengaruniakanku beberapa putra yang baik dan shalih, dan memberiku pertolongan padanya untuk menjauhinya dengan menulis berbagai karangan. Dari karangan-karangan itulah aku berharap sumbangsih dalam ilmu pengetahuan dan sedekah jariyah yang mengalir. Dengan demikian, hubunganku yang kurang baik dengan istriku dapat menciptakan hubungan sosial yang produktif dan membangun. Keadaan ini mungkin tidak akan pernah terwujud seandainya aku menikah lagi dengan wanita lainnya.
Beliau mengatakan lagi: Seorang kawan yang lain mengajak aku ngobrol, dia mengatakan: Sejak hari-hari pertama aku menikah dengan istriku, aku benar-benar tidak punya keinginan dan tidak ada rasa cinta sama sekali, tetapi aku telah berjanji kepada Allah untuk bersabar atas masalah ini, tidak menyakitinya, dan aku rela dengan pemberian-Nya ini. Selama pernikahan ini, aku dianugerahi harta yang banyak, dikaruniai beberapa putra, kedamaian dan ketentraman. (nadzarat fil usrah al-muslimah, 196)
Ada kejadian, seorang laki-laki sebelum menikah menginginkan istri yang cantik parasnya dan beberapa kriteria lainnya. Tetapi pada saat pernikahan, dia mendapatkan istrinya sangat jauh dari kriteria yang ia tetapkan. Subhanallah! Inilah jodoh, walaupun sudah berusaha keras, tetapi jika Allah menghendaki lain, semua akan terjadi. Pada awalnya ia terkejut karena istrinya ternyata kurang cantik, padahal sebelumnya sudah nazhar (melihat) calon istrinya tersebut. Sampai ayah dari pihak suami menganjurkan anaknya untuk menceraikan istrinya tersebut. Tetapi kemudian ia bersabar. Dan ternyata ia mendapati istrinya tersebut sebagai wanita yang shalihah, rajin shalat, taat kepada orang tuanya, taat kepada suaminya, selalu menyenangkan suami, juga rajin shalat malam.
Pada akhirnya, setelah sekian lama bergaul, sang suami ini merasa benar-benar puas dengan istrinya. Bahkan ia berpikir, lama-kelamaan istrinya bertambah cantik, dan ia sangat mencintai serta menyayanginya. Karena kesabaranlah Allah menumbuhkan cinta dan ketentraman. Ternyata faktor fisik tidaklah begitu pokok dalam menentukan kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga, walaupun bisa juga ikut berperan menentukan.
P.S. Sampai saat ini telah ku dapati cinta tulus dan utuh. Semoga semua juga telah/akan mendapati cinta tulus dan utuh seperti riwayat-riwayat di atas .
Sumber: http://gizanherbal.wordpress.com/2011/02/13/untuk-seorang-suami-yang-akan-menceraikan-istrinya/
14 komentar:
beruntung sekali yang sudah menemukan cinta yang tulus, yang tak hanya fisik...
Assalamualaikum Tantee...
Elsa@Alhamdulillah,sist. Jazakillah, kunguannya, ya.
Baby Dija@ Wa'alaki salam, Dija. Apa kabar, sayang? Duh, rasanya tante dah kangen, banget, deh. ^^
nice day :)
hargailah hari kemaren,
mimpikanlah hari esok,
tetapi hiduplah untuk hari ini.
bagi-bagi motivasinya yaah...
Sebuah cerita yang sangat menarik.
semoga semua orang sempat merasakan cinta yg sepeti itu. semoga.
assalamualikum...
Semoga saya pun menjadi salah satu orang beruntung itu :D
faktor fisik memang bukan jaminan, akan tetapi tidak ada salahnya untuk menjadi lebih baik.
oldsunday.blogspot.com
asik gan postinganya
nice post :D salam kenal yaaa
riwayatnya keren bangeet
suka yang nadzarat fil usrah al-muslimah
Subhanallah mbak aisha..saya jadi teringat dgn diri saya sendiri...
Semoga ALLAH selalu memberikan Rahmat untuk kita semua...aamin
Posting Komentar