19 Juni, 2009

Dokter dan Masyarakat

Lanjutan Panduan Etika Medis BAB III
( artikel ini di lindungi oleh UU )


Setelah selesai dari bab ini diharapkan anda mampu:
• Mengenali konflik yang muncul antara kewajiban dokter terhadap pasien dan masyarakat dan menidentifikasi alasan-alasannya.
• Mengidentifikasi dan menghadapi masalah-masalah etis yang berkaitan dengan alokasi sumber-sumber pengobatan yang terbatas.
• Mengetahui tanggung jawab dokter terhadap kesehatan publik dan global.

KASUS NO 2:
dr. S sangat jengkel dengan pasien-pasiennya yang datang kepadanya yang sebelum atau sesudahnya berkonsultasi dengan dokter lain untuk masalah yang sama. dr. S menganggap ini merupakan pemborosan dan juga merugikan bagi kesehatan pasiennya. dr. S memutuskan untuk berbicara kepada pasien-pasien tersebut bahwa dia tidak akan merawat mereka jika mereka tetap menemui dokter lain untuk penyakit yang sama. dr. S bermaksud mendekati ikatan dokter di negaranya agar dapat melobi pemerintah untuk mencegah terjadinya bentuk kesalahan alokasi sumber-sumber pelayanan medis seperti ini.
APA YANG MENARIK DARI HUBUNGAN DOKTER-MASYARAKAT?
Pengobatan adalah suatu profesi. Kata profesi mempunyai dua arti berbeda walaupun saling terkait:
(1) perkerjaan dengan ciri dedikasi kepada kesehatan orang lain, standar moral yang tinggi, memerlukan pengetahuan dan ketrampilan, serta derajat otonomi yang tinggi;
(2) semua orang yang melakukan pekerjaan tersebut. Profesi kesehatan dapat berarti praktek pengobatan atau dokter secara umum.
Profesionalisme medis tidak hanya melibatkan hubungan antara seorang dokter dengan seorang pasien, seperti dibahas dalam bab II, dan hubungan dengan kolega serta profesi kesehatan lain, yang akan dibahas dalam Bab IV, namun juga melibatkan hubungan dengan masyarakat. Hubungan ini bercirikan ’kontrak sosial’ dimana masyarakat memberikan profesi kehormatan, termasuk tanggung jawab pokok atau eksklusif untuk ketepatan layanan-layanan tertentu serta derajat yang tinggi dalam hal self-regulation, dan sebagai akibatnya, profesi setuju untuk menggunakan kehormatan mereka terutama untuk kebaikan orang lain dan selanjutnya untuk mereka sendiri.Saat ini pengobatan lebih merupakan aktivitas sosial dan tidak hanya terbatas pada individu yang terjadi dalam konteks organisasi pemerintah dan perusahaan dan juga pendanaan. ”Saat ini pengobatan lebih merupakan aktivitas sosial dan tidak hanya terbatas pada kegiatan individu...........”

Pengobatan juga bersandar pada penelitian medis yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau publik serta pengembangan produk bagi dasar pengetahuan dan perawatan. Pengobatan memerlukan institusi kesehatan yang kompleks karena banyaknya prosedur yang ada serta penyakit dan kesakitan yang ada sebanyak masyarakat seperti halnya sifat biologisnya.Tradisi etika kedokteran Hippocrates hanya memiliki sedikit arahan dalam hubungannya dengan masyarakat. Untuk melengkapi tradisi ini, etika kedokteran saat ini membahas masalah-masalah yang muncul di luar hubungan dokter-pasien secara individual dan memberikan kriteria dan proses-proses bagaimana berhadapan dengan masalah tersebut.

Berbicara karakter sosial dari pengobatan akan segera memunculkan pertanyaan – Apakah masyarakat itu? Dalam Manual ini masyarakat berarti komunitas atau bangsa. Masyarakat tidak bersinonim dengan pemerintah; pemerintah seharusnya walaupun sering tidak mewakili kepentingan masyarakat, dan bahkan walaupun hal ini dilakukan, mereka melakukan untuk masyarakat, bukan sebagai masyarakat.

Dokter mempunyai berbagai hubungan dengan masyarakat. Karena masyarakat dan lingkungan fisik merupakan faktor penting dalam kesehatan pasien maka profesi kesehatan secara umum dan dokter khususnya mempunyai peran penting dalam kesehatan publik, pendidikan kesehatan, perlindungan lingkungan, hukum-hukum yang mempengaruhi kesehatan, atau kesehatan komunitas, dan persaksian dalam pengadilan.

Sebagaimana Declaratian on the Rights of the Patient dari WMA menyebutkan: ”jikalau undang-undang,tindakan pemerintah atau administrasi atau institusi lain menyangkal hak-hak pasien[mereka], dokter harus mengusahakan berbagai cara untuk mengembalikan hak-hak tersebut”.
Dokter juga mempunyai peran penting dalam mengalokasikan sumber-sumber kesehatan yang terbatas dalam masyarakat, dan kadang mempunyai tugas mencegah pasien mendapatkan pelayanan yang tidak diperuntukkan bagi mereka. Dalam mengimplementasikan tanggung jawab ini bisa saja muncul konflik-konflik etis, terutama jika kepentingan masyarakat sepertinya berbeda dengan kepentingan pasien secara individu.
LOYALITAS GANDA
Dokter mempunyai tanggung jawab dan akan mempertanggung jawabkan baik kepada pasien dan pihak ketiga, dan jika tanggung jawab serta akuntabilitas ini tidak saling bersesuaian maka dokter akan berada dalam loyalitas ganda. Pihak ketiga yang menuntut loyalitas dokter adalah pemerintah, orang yang mempekerjakan (rumah sakit, dan orang kesehatan),perusahaan asuransi, angkatan bersenjata, polisi, petugas penjara, dan anggota keluarga.
Walaupun Kode Etik Kedokteran Internasional dari WMA menyatakan bahwa ”Dokter harus berdedikasi sepenuhnya terhadap pasien”, namun dalam beberapa perkecualian dokter boleh saja menempatkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pasiennya. Tantangan etisnya adalah memutuskan kapan dan bagaimana melindungi pasien dari tekanan pihak ketiga.

Loyalitas ganda mencakup spektrum kapan kepentingan masyarakat harus didahulukan dan kapan kepentingan pasien harus yang diutamakan. Di antara keduanya terdapat daerah abuabu yang luas dimana tindakan yang tepat memerlukan ketajaman yang jelas.
Di sisi lain ada tuntutan untuk melaporkan pasien yang menderita penyakit tertentu, yang tidak diijinkan untuk mengemudi, atau yang diduga sebagai korban pelecehan anak. Dokter harus memenuhi tuntutan ini tanpa keraguan, walaupun pasien harus diberi tahu bahwa pelaporan seperti ini akan dilakukan.
Di sisi yang lain juga ada permintaan dan perintah dari kepolisian atau angkatan bersenjata untuk ikut dalam praktek yang dapat saja melanggar hak asasi manusia, seperti penyiksaan.
Dalam Resolution on the Responsibility of Physician in the Denunciation of Acts of Tortue or Cruel or Inhuman or Degrading Treatment of Which They Aware tahun 2003 WMA memberi arahan khusus kepada dokter dalam situasi ini untuk menjaga kebebasan profesi untuk menentukan kepentingan terbaik pasien dan harus mengobservasi sejauh mungkin akan tuntutan etik terhadap ijin pasien berdasarkan pengetahuan dan kerahasiaan.

Adanya pembeberan terhadap kewajiban ini haruslah berdasar dan harus disampaikan kepada pasien. Dokter harus melaporkan kepada pejabat berwenang atas intervensi yang tidak benar dalam perawatan pasiennya, terutama jika hak asasi manusia dilanggar. Jika pejabat yang berwenang tidak merespon, bantuan dapat diperoleh dari ikatan dokter di negara tersebut,WMA, dan organisasi perlindungan hak asasi manusia.
Di antaranya adalah beberapa program perawatan kesehatan yang dapat membatasi otonom klinik dokter, bagaimana pasien tersebut harus dirawat. Walaupun praktek-praktek tersebut tidak selalu bertentangan dengan kepentingan terbaik pasien, namun tetap saja sebaliknya, sehingga dokter harus mempertimbangkan dengan hati-hati apakah mereka harus terlibat dalam program tersebut. Jika tidak ada pilihan karena tidak adanya program alternatif, dokter harus benar-benar membimbing untuk pasien mereka sendiri dan melalui ikatan dokter untuk kepentingan semua pasien yang terpengaruh oleh kebijakan tersebut.

Bentuk khusus dari loyalitas ganda ini yang dihadapi oleh dokter adalah konflik kepentingan yang aktual maupun potensial yang terjadi antara organisasi komersial dengan pasien dan/atau masyarakat. Perusahaan obat, alat kesehatan dan organisasi komersial lain secara teratur menawari dokter hadiah dan keuntungan lain yang bervariasi dari contoh gratis sampai liburan dan akomodasi dalam acara-acara pendidikan sebagai imbalan karena keikut sertaannya dalam penelitian (lihat Bab V). Motif di balik hal tersebut agar dokter mau meresepkan atau menggunakan produk perusahaan tersebut, yang mungkin bukan yang terbaik bagi pasien dan/atau dapat menambah biaya yang tidak perlu bagi kesehatan masyarakat.
Statement Concerning the Relationship between Physicians and Commercial Enterprises tahun 2004 dari WMA memberi arahan bagi dokter dalam situasi seperti itu danbanyak ikatan dokter nasional mampunyai panduan tersendiri. Prinsip etik pokok yang menjiwai aturan tersebut adalah bahwa dokter harus menyelesaikan konflik yang muncul antara kepentingana mereka sendiri dengan pasien mereka menurut keinginan pasien.
ALOKASI SUMBER DAYA
Di setiap negara di dunia bahkan yang kaya, ada jarak yang lebar dan terus bertambah antara kebutuhan dan keinginan terhadap layanan kesehatan dan ketersediaan sumber-sumber daya untuk meyediakan layanan tersebut sehingga diperlukan rasionalisasi terhadap sumber-sumber daya yang ada menurut aturan tertentu. Rasionalisasi layanan kesehatan atau alokasi sumber daya terjadi pada tiga level:
• Pada level tertinggi (makro), pemerintah menentukan berapa anggaran total yang harus dialokasikan untuk kesehatan, ekspansi layanan kesehatan mana yang disediakan tanpa biaya dan mana yang meminta bayaran baik secara langsung dari pasien atau dari asuransi kesehatan; dalam anggaran kesehatan, berapa banyak untuk imbalan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain, untuk modal dan operasional rumah sakit dan institusi lain, untuk penelitian, pendidikan, tenaga kesehatan profesional, untuk merawat kondisi khusus seperti TBS atau AIDS, dan seterusnya.
• Pada level institusional (meso), termasuk rumah sakit, klinik, agen-agen layanan kesehatan, dll, pemegang kekuasaan memutuskan bagaimana mengalokasikan sumbersumber daya yang ada: layanan apa yang diberikan, berapa digunakan untuk staf,peralatan, keamanan, kegiatan lain, renovasi, akspansi, dll.
• Pada level pasien secara individu (mikro), penyedia layanan kesehatan terutama dokter memutuskan tes-tes apa yang sebaiknya ditawarkan, apakah rujukan kepada dokter lain diperlukan, apakah pasien harus menjalani opname, apakah obat paten yang harus diberikan atau yang generik, dll. Diperkirakan dokter bertanggung jawab terhadap 80% kebutuhan layanan kesehatan dan walaupun ada pelanggaran pelayanan, dokter masih mempunyai keleluasaan atas sumber-sumber mana yang masih dapat diakses oleh pasien. Pilihan yang dibuat pada setiap level mempunyai komponen etik yang penting, karena hal pemborosan dan berbahaya. Banyak dari penelitian ’randomized clinical trial’ terlihat bahwa banyak perawatan yang biasa dilakukan terbukti tidak efektif untuk kondisi yang membutuhkan perawatan tersebut. Acuan praktek klinik untuk berbagai kondisi medis yang berguna untuk membedakan perawatan yang efektif dan tidak efektif. Dokter harus membiasakan diri dengan acuan tersebut, untuk menjaga sumber-sumber dan juga memberikan perawatan yang optimal bagi pasiennya.
Satu jenis keputusan alokasi yang harus diambil oleh banyak dokter adalah pilihan dimana dua atau lebih pasien memerlukan sumber yang terbatas seperti perhatian staf unit gawat darurat, tempat perawatan intensif yang tinggal satu tempat tidur, organ untuk tranplantasi, tes radiologi berteknologi tinggi, dan obat yang sangat mahal. Dokter yang memiliki kontrol terhadap sumber ini harus memutuskan pasien mana yang memiliki akses terhadap sumber itu dan mana yang tidak, serta sadar bahwa pasien yang tidak mendapatkan akan menderita atau bahkan bisa mati.

Beberapa dokter menghadapi konflik tambahan dalam alokasi sumber-sumber dimana mereka mempunyai peran dalam memformulasikan kebijakan umum yang dapat mempengaruhi pasien mereka, selain orang lain. Konflik ini muncul di rumah sakit dan institusi lain dimana dokter memegang posisi administratif atau pelayanan terhadap komunitas dimana kebijakan-kebijakan direkomendasikan atau ditentukan. Walaupun banyak dokter mencoba melepaskan diri mereka sendiri dari keasyikan dengan pasien mereka sendiri, yang lain mungkin mencoba menggunakan kedudukan mereka untuk mengkaji luas pasien-pasien mereka di atas orang lain dengan kebutuhan yang lebih besar.
Dalam menghadapai masalah-masalah alokasi ini, dokter tidak boleh hanya menyeimbangkan prinsip belas kasih dan keadilan namun dalam melakukan harus memutuskan pendekatan keadilan mana yang sesuai. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, diantaranya:

LIBERTARIAN
– sumber-sumber harus didistribusikan sesuai kebijakan pasar (pilihan berdasarkan kemampuan dan kesediaan membayar, dengan bantuan terbatas bagi golongan miskin sekali);
UTILITARIAN – sumber-sumber didistribusikan menurut prinsip keuntungan maksimum bagi semua.
EGALITARIAN – sumber-sumber didistribusikan dengan ketat menurut kebutuhan tersebut berdasarkan nilai-nilai dan mempunyai konsekuensi yang besar terhadap kesehatan dan kebaikan individu serta komunitas. Walaupun dokter secara pribadi dipengruhi oleh keputusan pada setiap level, dokter masih mempunyai keterlibatan paling besar di tingkat mikro. Ini yang akan menjadi pokok dalam bahasan berikutnya.

Seperti yang sudah disebutkan, dokter wajib bertindak berdasarkan kepada kepentingan terbaik pasien semata, tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Nilai-nilai etik utama sepeti belas kasih, kompetensi, dan otonomi hanyalah untuk layanan kebutuhan pasien mereka. Pendekatan individualistik dalam etika kedokteran merupakan jembatan dari paternalisme medis munuju otonomi pasien, dimana keinginan pasien secara pribadi menjadi kriteria pokok dalam menentukan sumber-sumber apa yang sebaiknya diterima pasien tersebut. Namun nilai lain seperti keadilan telah menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan medis karena mengikuti pendekatan yang lebih sosial terhadap distribusi sumber-sumber daya, suatu pendekatan yang mempertimbangkan kebutuhan pasien lain. Berdasarkan pendekatan ini, dokter tidak hanya bertanggung jawab terhadap pasiennya saja namun sampai kadar tertentu, juga terhadap pasien yang lain.Pemahaman baru terhadap peran dokter dalam mengalokasikan sumber-sumber daya disebutkan dalam kode etik kedokteran di banyak negara, dan juga dalam Declaration on theRights of the Patient dari WMA yang menyatakan: ”Dalam keadaan dimana pilihan harus dibuat antara pasien-pasien yang potensial utnuk perawatan tertentu dengan suplai yang terbatas, seluruh pasien tersebut diikutkan dengan prosedur seleksi yang adil untuk memperoleh perawatan tersebut. Pilihan tersebut harus berdasarkan kriteria medis dan tanpa diskriminasi. Salah satu cara melatih tanggung jawab dalam alokasi sumber-sumber adalah dengan menghindari praktek-praktek yang boros dan tidak efisien, bahkan jika pasien memintanya.
RESTORATIF
- sumber-sumber didistribusikan sedemikian rupa untuk memperbaiki sesuatu yang dalam perjalanan sejarahnya kurang baik.Seperti disebutkan di atas, dokter telah berpindah secara gradual dari etika kedokteran individual tradisional yang lebih berdasarkan pendekatan libertarian, menuju konsep yang lebih sosial dari peran mereka. Walaupun pendekatan libertarian ditolak, namun etika kedokteran belum mencapai konsensus mana dari tiga pendekatan itu yang lebih unggul.
Masing-masing memberikan hasil yang berbeda jika diaplikasikan pada masalah yang disebutkan sebelumnya yaitu memutuskan terapi apa yang sebaiknya ditawarkan, apakah rujukan kepada dokter lain diperlukan, apakah pasien harus dirawat di rumah sakit, apakah obat paten yang harus digunakan bukan yang generik, siapa yang mendapat organ untuk tranplantasi, dll. Pendekatan utilitarian mungkin yang paling sulit diterapkan oleh dokter sendiri karena memerlukan data yang sangat banyak mengenai luaran yang mungkin dicapai dari hasil intervensi yang berbeda, tidak hanya bagi pasiennya sendiri tapi juga untuk orang lain. Pilihan diantara dua yang lain (atau tiga jika libertarian dimasukkan) akan tergantung moralitas personal yang dimiliki dokter dan juga lingkungan sosio-politik dimana dia praktek.

Beberapa negara seperti Amerika lebih memilih libertarian, Swedia terkenal akan egalitariannya, Afrika Selatan lebih memilih pendekatan restorative. Banyak perencana kesehatan menggunakan utilitarianisme. Terlepas dari perbedaan tersebut, dua atau lebih pendekatan ini sering dijumpai dalam satu sistem kesehatan nasional, dan di negara-negara tersebut dokter mungkin lebih enak memilih seting praktek yang sesuai dengan pendekatan yang mereka pilih sendiri.
Apapun peran dokter yang dimiliki dalam mengalokasikan sumber-sumber layanan kesehatan yang ada, mereka juga mempunyai kewajiban untuk memberi saran penambahan sumbersumber yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dokter dalam ikatan profesi untuk meyakinkan pengambil keputusan dalam pemerintahan atau yang lain akan perlunya kebutuhan-kebutuhan tersebut dan bagaimana memenuhinya baik dalam negara mereka sendiri maupun secara global.
KESEHATAN MASYARAKAT
Dunia kedokteran abad 20 menyaksikan terjadinya pemisahan yang kurang menguntungkan antara kesehatan masyarakat dan layanan kesehatan yang lain (terutama kesehatan ‘individu’ atau ‘pribadi’). Hal ini patut disayangkan karena masyarakat disusun oleh individu-individu,dan ukuran-ukuran dibuat untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai
dampak dari tercapainya kesehatan individu.
Hal yang cukup membingungkan adalah jika ‘public health’ adalah ‘layanan kesehatan yang
didanai publik’ (didanai melalui system perpajakan negara atau sistem asuransi wajib
universal) dan berbeda dengan ‘layanan kesehatan yang didanai swasta’ (dibayar oleh individu atau melalui asuransi kesehatan swasta dan biasanya tidak tersedia secara umum).Istilah ‘public health’ disini mengacu kepada kesehatan masyarakat dan juga kedokteran khusus yang berhubungan dengan kesehatan dari perspektif populasi dibanding individu. Ada kebutuhan besar akan spesialis di setiap negara untuk mendapatkan saran dan arahan kebijakan-kebijakan publik yang dapat meningkatkan kesehatan yang baik dan juga terlibat dalam aktivitas dalam melindungi publik dari penyakit-penyakit yang dapat ditularkan dan juga bahan-bahan berbahaya. Praktek kesehatan masyarakat (sering juga disebut ‘layanan kesehatan publik’ atau ‘layanan kesehatan masyarakat’) sangat bergantung pada dasar keilmuan epidemiologi yang merupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan kesehatan dan penyakit dalam populasi. Bahkan beberapa dokter mengambil pendidikan ekstra untuk menjadi ahli epidemiologi medis. Meskipun demikian semua dokter harus paham tentang determinan-determinan lingkungan dan sosial yang berpengaruh terhadap status kesehatan pasien secara individu. Sebagaimana Statement on Health Promotion dari WMA menyatakan: “Praktisi medik dan asosiasi profesi mempunyai tugas etis dan tanggung jawab profesional untuk selalu bertindak berdasarkan kepentingan terbaik pasien dan mengintegrasikan kewajiban tersebut dengan kepedulian yang lebih luas dan keterlibatan dalam promosi dan memastikan tercapainya kesehatan masyarakat”.

Ukuran-ukuran kesehatan masyarakat seperti kampanye vaksinasi dan respon terhadap kegawat daruratan akan wabah penyakit menular merupakan faktor yang penting bagi kesehatan individu namun faktor sosial seperti perumahan, gizi, dan pengangguran adalah setidaknya sama penting, jika tidak lebih penting. Dokter mungkin tidak akan bisa mengatur penyebab-penyebab sosial dari penyakit yang diderita pasiennya, walaupun sebaiknya dokter merujuk pasien kepada layanan sosial yang ada. Namun dokter dapat berperan dalam solusi jangka panjang walaupun tidak langsung terhadap masalah yang ada dengan berpartisipasi dalam kesehatan masyarakat dan aktivitas pendidikan kesehatan, memonitor dan melaporkan bahan yang berbahaya terhadap lingkungan, mengidentifikasi dan mempublikasikan efek buruk terhadap kesehatan karena masalah sosial seperti kekerasan dan penyiksaan, dan memberi arahan peningkatan layanan kesehatan masyarakat.

Bahkan kepentingan dari kesehatan masyarakat mungkin bertentangan dengan kepentingan pasien secara individu seperti jika vaksinasi dengan suatu resiko tertentu dapat mencegah orang menularkan penyakit namun tidak mencegahnya menderita penyakit tersebut, atau perlunya peringatan akan adanya penyakit menular, dalam kasus penyikasaan anak atau orang dewasa, atau pada kondisi yang dapat mencegah seseorang dari aktivitas seperti menyetir,mengemudikan pesawat, berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain. Ini merupakan contoh loyalitas ganda dan prosedur dalam menghadapi hal ini juga situasi yang terkait didiskusikan dalam ‘kerahasiaan’ dalam Bab II di buku ini. Secara umum, dokter harus mengusahakan cara untuk mencegah pasien secara pribadi menerima efek yang berbahaya karena memenuhi tuntutan kesehatan masyarakat. Contohnya dalam melakukan pelaporan maka kerahasiaan pasien harus dijaga semaksimal mungkin saat memenuhi tuntutan hukum tersebut.
Tipe konflik lain antara kepentingan pasien individu dan masyarakat muncul jika dokter diminta membantu pasien untuk menerima keuntungan yang tidak diperuntukkan bagi mereka seperti pembayaran asuransi dan ijin sakit. Dokter diwajibkan memastikan bahwa pasien tersebut memang memiliki kondisi medis sehingga dapat menerima keuntungan tersebut. Walaupun beberapa dokter tidak bersedia untuk menolak permintaan pasien untuk mendapatkan keuntungan tersebut, namun lebih baik mereka mencari jalan untuk membantu pasien mencari jalan lain yang tidak memerlukan tindakan yang tidak etis.
KESEHATAN GLOBAL
Pengetahuan bahwa dokter mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat dimana dia tinggal telah diperluas dalam tahun terakhir untuk mengikut sertakan tanggung jawab terhadap kesehatan global. Istilah ini didefinisikan sebagai masalah, isu, atau perhatian tertentu terhadap kesehatan yang melintasi batas negara yang mungkin disebabkan oleh keadaan atau hal yang terjadi di negara lain, dan cara terbaik dalam mengatasinya adalah dengan melakukan kerjasama dalam bertindak. Kesehatan global merupakan bagian dari pergerakan globalisasi yang lebih luas lagi yang menyangkut pertukaran informasi, perdagangan, politik, pariwisata, dan banyak aktivitas manusia yang lain.

Dasar globalisasi adalah kenyataan bahwa individu dan masyarakat semakin saling tergantung. Hal ini jelas terlihat pada kesehatan manusia, seperti penyebaran yang cepat dari memerlukan tindakan internasional untuk mengontrolnya. Kegagalan mengenali dan mengobati penyakit yang sangat menular oleh satu dokter di satu negara akan dapat menyebabkan efek yang sangat mengerikan bagi pasien di negara yang berbeda. Karena alasan inilah kewajiban etik dokter semakin diperlebar jauh di atas pasien mereka secara pribadi dan bahkan masyarakat dan negaranya.
Perkembangan pandangan terhadap kesehatan global menyebabkan peningkatan dalam kesadaran terhadap perbedaan status kesehatan di seluruh dunia. Terlepas dari kampanye besar yang telah dilakukan untuk melawan mortalitas prematur dan morbiditas yang melemahkan di negara miskin yang telah memberikan hasil yang baik seperti keberhasilan dalam mengeliminasi cacar dan (semoga) polio, jarak status kesehatan antara negara dengan pendapatan tinggi dengan negara berpendapatan rendah semakin lebar. Hal ini dapat dilihat pada kasus HIV/AIDS yang menunjukkan efek paling buruk di negara miskin, namun juga karena gagalnya negara miskin menerima keuntungan dari peningkatan kekayaan yang dirasa dunia yang terjadi di dekade terakhir. Walaupun penyebab kemiskinan terutama karena ekonomi dan politik sehingga jauh dari jangkauan dokter dan asosiasinya, dokter harus berhadapan dengan kesehatan yang buruk akibat kemiskinan.

Di negara yang berpendapatan rendah, dokter hanya memiliki sedikit sumber layanan kesehatan untuk ditawarkan kepada pasien dan juga mendapat tantangan berat bagaimana mengalokasikan sumber yang terbatas tersebut dengan cara yang seadil mungkin. Bahkan di negara dengan pendapatan menegah dan tinggi dokter tetap terlibat dengan pasien yang secara langsung dipengaruhi oleh globalisasi, seperti pengungsi, dan yang tidak dapat menerima layanan kesehatan yang bisa dinikmati oleh warga negara yang lain.
Ciri globalisasi yang lain adalah mobilitas internasional dari profesi kesehatan, termasuk dokter. Perginya dokter-dokter dari negara berkembang menuju negara maju dan negara industri memberikan keuntungan baik bagi dokter maupun negara yang menerimanya namun tidak bagi negara yang ditinggalkannya. Ethical Guidelines for the International Recruitment of Physician yang dikeluarkan WMA menyatakan dokter tidak boleh dicegah untuk meninggalkan negara asalnya untuk mengejar karir di negara lain. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya bagi negara yang menerima. Sehingga negara harus mendidik dan menyediakan jumlah dokter yang diperlukan, memperhatikan kebutuhan dan sumber-sumber yang diperlukan dan tidak bergantung pada imigrasi dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dokter.

Dokter di negara industri mempunyai tradisi untuk membantu dan memberikan pengalaman
dan keahliannya kepada negara berkembang yang dilakukan dengan berbagai cara seperti:
bantuan medis emergensi yang dikoordinasi oleh organisasai seperti Red Cross and Red Cresent Societies dan Medecins sans Frontieres, kampanye bedah jangka pendek untuk menghadapi masalah seperti katarak atau sumbing, menjadi dosen tamu, penelitian medis jangka pendek atau jangka panjang, bantuan obat-obatan dan alat kesehatan, dll. Programprogram tersebut merupakan contoh positif dari globalisasi dan setidaknya untuk ganti rugi atas sebagian dari perpindahan dokter dari negara miskin menuju yang lebih kaya.
KEMBALI KE KASUS
Berdasarkan analisis hubungan dokter-masyarakat yang dibahas bab ini, dr. S benar untuk mempertimbangkan pengaruhnya terhadap masyarakat karena perilaku pasiennya. Bahkan jika konsultasi yang dicari pasien dengan profesi kesehatan lain berada di luar sistem layanan kesehatan dimana dr. S bekerja sehingga tidak menyangkut biaya finansial masyarakat, namun waktu dr. S yang diberikan untuk melayani pasien tersebut dapat diberikan kepada pasien lain yang memang memerlukan bantuannya. Namun demikian dokter seperti dr. S harus tetap waspada dalam menghadapi situasi seperti ini. Pasien sering tidak dapat membuat keputusan yang benar-benar rasional karena berbagai alasan sehinggga memerlukan waktu dan pendidikan kesehatan agar paham terhadap kepentingan terbaik mereka sendiri dan juga orang lain. dr. S juga benar jika dia ingin melakukan pendekatan terhadap ikatan dokter untuk mencari pemecahan masalah kemasyarakatan terhadap masalah ini, karena tidak hanya berpengaruh terhadap dirinya sendiri dan pasien tersebut namun juga terhadap dokter lain dan juga pasien lain.(www.wma.net )

15 komentar:

JO mengatakan...

setiap profesi memang mempunyai nilai2 dan undang2 tertulis secara hukum. kadang kita gak bisa menempatkan undang2 dan nilai itu dalam dunia sesungguhnya :).

Ratusya mengatakan...

setuju ama jeng sri :D

Unknown mengatakan...

mmmm... saya sampai pengel bacanya saking panjang tulisannya.... heee...

yang jelas adanya dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik itu individu atau kelompok masyarakat...

Dream Competition mengatakan...

@JengSri and Quinie
Yub betul sisters.But,demi kesuksesan dan kebaikan bersama,kita harus berusaha untuk bisa melakukannya :)

@Rizal

Yub bro,Kita harus bersyukur dengan adanya seorang dokter.tanpa jasa mereka,derita sakit kita tak kan sembuh.postingan ini setidaknya membuat saya tahu hak-hak dan kewajiban seorang dokter maupun pasien.

Fernando de Grissee mengatakan...

sama sambungan yang kemaren jadinya puaaanjaaang sekali mirip surat Al-Baqarah....hehehe....trims infonya
btw ini yang terakhir ya sis?

Aishalife-line mengatakan...

@Fernando
hehhe you're welcome bro.Masih ada BAB selanjutnya:D,tapi nggak bisa mempelajari sekaligus.Masalahnya masih banyak pelajaran lain yang harus saya baca :D.

bongjun mengatakan...

minggu ini kacamata saya pasti tambahal tebal hahahahaha,......

btw, sungguh berat menjadi seorang dokter ya sis,...?

mrpsycho mengatakan...

wah tak bisa berkata apa2 gara2 ngakak baca tulisan Aki Fer : "ini yang terakhir ya sis?" xixixi,padahal topiknya serius..hancur minahhh

Dream Competition mengatakan...

@bonjun
hehhe tebal dikit nggak pp kan bro?Yub, berat banget jadi seorang dokter.

@Mrpsycho
bro Fer males baca aja bro.dah kebanyakan baca resep pesanan pasien diapotik kali:D

PS Holic mengatakan...

Faktanya di Indonesia, lulusan-2 dari sekolah perawat belum mempunyai kualitas yang seragam, perawat sering dibatasi perannya dalam memberi perawatan, minimnya pelatihan update bagi perawat, etc. Akibatnya banyak perawat yang menganggap dirinya hanya sebagai pembantu dokter dan tidak aktif berperan sebagai komunikator dan health educator bagi pasien, apalagi bagi masyarakat.

ngemeng2 itu 'test' dapet dari mana??? kuk di saiia malah gag ada... itu bisa saiia buka karena di kasih tau ajja... binun nii sumpeee... lg ribeddd... kasih tau dund :(

PS Holic mengatakan...

malu nii

Dream Competition mengatakan...

@Genial
Maksud anda "test" yang mana bro? saya juga bingung nih.

ali mengatakan...

waduh puanjang amat...maaf neh cuman mampir....

Dream Competition mengatakan...

@بوويل

Yoi..bro makasih sudah di lewati.

kucingkeren mengatakan...

lho tertarik juga dg masalah kesehatan toh?? saat ini, kayaknya dokter masih dianggap dewa, pasien malu bertanya, padahal dokter juga bisa salah dan khilaf..