20 Juli, 2008

Tuhan Adalah Esa

Dunia kini telah maju.Orang tidak perlu berusaha untuk membuktikan bahwa apabila dunia ini mempunyai pencipta, maka ia harus Pencipta Yang Esa. Tuhan dari orang-orang israel, Tuhan dari orang-orang Hindu, Tuhan dari negeri Tiongkok dan Tuhan dari negeri Iran adalah tidak berbeda. Juga Tuhan dari negeri Arab, Afganistan dan Eropa adalah tidak berlainan. Tuhan adalah Esa, dan hukum yang mengatur dunia ini juga satu hukum, dan satu sistem yang menghubungkan satu bagian dari dunia ini dengan lainnya adalah juga satu sistem. Ilmu pengetahuan memberikan keyakinan, bahwa semua perubahan-perubahan alami dan mekanis di mana saja ,adalah pernyataan hukum yang sama. Dunia ini hanya mempunyai satu prinsip: ialah gerak, sebagaimana pernyataan-pernyataan ahli filsafat materialis. Atau dunia ini hanya mempunyai satu pencipta. Apabila demikian halnya, maka pernyataan seperti Tuhan pada orang-orang israel, Tuhan orang-orang Arab, Tuhan orang-orang Hindu adalah tidak berarti sama sekali. Tetapi apabila Tuhan itu satu, mengapa dunia ini mempunyai banyak agama? Apakah agama-agama itu hasil pemikiran otak manusia?Apakah karena itu, maka tiap-tiap bangsa dan tiap-tiap kelompok umat manusia menyembah Tuhannya sendiri? Apabila agama-agama itu bukan merupakan hasil pemikiran manusia, mengapa ada perbedaan antara satu agama dengan agama lain? Apabila dulu ada alasan tentang adanya perbedaan ini, apakah dewasa ini masih tepat bahwa perbedaan-perbedaan itu terus berlangsung?

AGAMA ADALAH BUKAN HASIL PEMIKIRAN MANUSIA.

Persoalan agama itu bukan merupakan hasil pemikiran manusia, maka jawabnya sudah barang tentu, ialah bahwa ia bukan hasil pemikiran manusia; dan sebabnya adalah banyak. Agama-agama yang merata di dunia ini mempunyai ciri-ciri yang khas:

Pertama, menurut ukuran yang biasa, maka pembawa agama adalah orang-orang biasa. Mereka tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang tinggi. Sungguhpun demikian, mereka berani memberikan ajaran, baik kepada orang-orang besar, maupun orang-orang kecil; dan dalam waktu yang tertentu mereka dengan pengikut-pengikutnya meningkat dari kedudukan yang tinggi. Ini membuktikan bahwa mereka itu di bantu oleh Kekuasaan Yang Maha Agung.

Kedua, Semua pembawa agama itu , adalah orang-orang yang sejak sebelum jadi Nabi di hargai dan di nilai tinggi oleh masyarakatnya karena ketinggian budi pekertinya, sekalipun oleh orang-orang yang kemudian hari menjadi musuhnya, setelah mereka menyatakan tentang kenabiannya. Oleh karena itu tidak masuk akal sama sekali, bahwa mereka yang tidak pernah dusta terhadap manusia, dengan serta merta berdusta terhadap Tuhannya. Pengakuan yang universil tental kesucian dari kehidupannya, sebelum mereka itu menyiarkan agama yang mereka bawa, adalah suatu bukti tentang kebenaran pengakuan mereka. Al Qur'an telah menekankan hal ini dengan menyatakan:

Katakanlah: '' Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak akan membacakannya kepadamu dan tidak (pula) Allah memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Apakah kamu tidak memikirkannya (surat (10) Yunus ayat 16)

Ayat ini berarti bahwa Nabi Muhammad s.a.w. menyatakan kepada mereka bahwa ia telah lama hidup bersama-sama dengan mereka, dan mereka mempunyai kesempatan yang cukup panjang untuk mengamat-ngamati dia. Maka bagaimanakah mereka dapat berkata bahwa Nabi Muhammad s.a.w pada waktu itu berani berdusta terhadap Tuhannya!
Demikian juga Al Qur'an menyatakan.

Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang, beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri. Ia membaca kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Alkitab dan alhikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka berada dalam kesesatan yang nyata. ( Surat (3) Ali Imran ayat 164).

Juga " Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari bangsa kamu sendiri, berat terasa Olehnya penderitaanmu, Sangat menginginkan ( Keimanan dan kebahagiaan)mu , terhadap orang-orang mu'min ia amat pengasih lagi penyayang. (Surat (9) At Taubah ayat 128).

Ini berarti Rasul di turunkan kepada mereka itu adalah salah seorang di antara mereka, yang mereka tahu benar tentang kemurnian moralnya dan kebaikan budi pekertinya.Tentang Nabi -nabi lainpun Al Qur'an juga menyetakan demikian, bahwa para rasul itu adalah dari antara mereka sendiri. Oleh karena itu adalah mustahil bahwa mereka tidak mengerti tentang Nabi-nabi mereka sendiri. Demikian maka Al Qur'an menyatakan:

Lalu kami kirim kepada mereka seorang Rasul dari antara mereka (yang berkata):" Sembahlah Allah; tidak ada bagi kamu Tuhan selain daripadaNya. Mengapakah kamu tidak percaya?". ( Surat (23) Al Mu'minun ayat 32).

Juga : Dan (ingatlah), suatu hari (yang di hari itu) Kami bangkitkan dari tiap-tiap umat, seorang saksi; Kemudian tidak akan di izinkan kepada orang-orang yang kafir ( mengemukakan suatu alasan), dan tidak di bolehkan ( pula) mereka meminta maaf. ( Surat (16) An Nahl ayat 84.

Dan (Kami telah mengutus) kepda kaum "Aad,, saudara mereka Hud. Ia berkata: " Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainnya. Mengapa kamu tidak bertakwa kepadanya? ( Surat (7) Al A'raaf ayat 65).

Dan kami telah mengutus kepada kaum tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: " Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina dari Allah itu menjadi tanda bagimu. Karena itu biarlah dia agar dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, nanti kamu di timpa siksaan yang pedih. ( surat (7) Al A'raaf ayat 73.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Nabi-nabi Hud , Shaleh, Syu'aib dan nabi-nabi yang lain-lain adalah bukan orang-orang yang tidak di ketahui oleh masyarakatnya masing-masing. Mereka tahu benar tentang kehidupan yang di alami oleh para nabi-nabi itu, baik sebelum, maupun setelah menerima wahyu, bahwa mereka adalah orang-orang jujur, bertaqwa dan saleh. Oleh karena itu maka tidaklah masuk akal bahwa mereka dengan serta merta berusaha untuk menipu kaumnya.

Ketiga, Bahwa pembawa agama itu tidak mempunyai kekuasaan dan alat-alat yang ada pada umumnya dapat di katakan menjamin suksesnya pimpinannya. Umumnya mereka sedikit sekali mengetahui tentang seni atau kebudayaan masanya. Sungguhpun demikian apa yang mereka ajarkan adalah sesuatu yang lebih maju dari pada apa yang ada dalam masa itu; tidak sama dengan apa yang berlaku pada masanya. Dengan mengambil ajaran-ajarannya itu, maka manusia akan sampai kepada peradapan dan kebudayaan yang tinggi dan sanggup mempertahankan kebesarannya itu untuk berabad-abad lamanya.
Hanya pembawa-pembawa agama yang benar sajalah yang dapat berbuat demikian itu. Oleh karena itu adalah mustahil bahwa orang yang tidak mengerti sama sekali tentang peradapan, kemajuan yang terdapat pada waktunya, setelah berbuat dusta kepada Tuhannya, akan mempunyai kekuatan yang luar biasa, hingga ajaran-ajarannya itu dapat mengalahkan ajaran-ajaran yang ada pada waktu itu. Kemenangan yang sedemikian itu adalah mustahil dengan tidak adanya bantuan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Keempat, apabila di perhatikan ajaran-ajaran yang di bawa oleh pembawa-pembawa agama itu, maka dapat di ketahui bahwa ajaran-ajaran itu selalu bertentangan dengan pikiran-pikiran yang hidup pada waktu itu. Apabila ajarannya itu sama dengan pikiran-pikiran yang hidup di dalam waktunya, maka hal itu dapat di katakan bahwa ajaran mereka itu adalah merupakan pernyataan saja dari pada pikiran-pikiran yang ada pada waktu itu. Sebaliknya apa yang mereka ajarkan adalah sangat berlainan dengan alam pikiran yang dalam waktunya.

Pertentangan yang sengit itu timbul, menjadikan daerah tempat penyiaran agama itu seolah-olah menjadi terbakar. Sungguhpun demikian, mereka yang menentang ajaran-ajaran itu akhirnya tunduk. Ini membuktikan bahwa pembawa-pembawa ajaran bukanlah orang-orang yang tidak memenuhi kehendak masanya, tetapi mereka adalah Nabi-nabi dan Rasul-rasul, dalam arti sebagaimana mereka sendiri mengakuinya.

Dalam Musa a.s alangkah anehnya ajaran yang ia bawa, ialah tentang keesaan Tuhan, di waktu dunia di liputi oleh Plytheisme. Sewaktu Nabi Isa a.s yang dilahirkan dalam dunia yang materialitis dari pada orang-orang Yahudi dan yang sangat terpengaruh oleh kemewahan Romawi, maka alangkan anehnya ajaran yang di bawanya, yang menekankan kepada kejiwaan. Alangkan sumbangnya ajaran yang ia bawa untuk memberikan ampunan kepada orang-orang zalim yang telah menganiaya rakyat yang sekian lamanya hidup di bawah tirani serdadu-serdadu Romawi, yang sudah sekian lamanya pula mengharapkan dapat hak untuk menuntut kebenaran. Nabi Muhammad s.a.w di negeri Arab mengajar orang-orang yang telah mendengarkan ajaran-ajaran Yahudi dan Nasrani. Alangkah ganjilnya bagi mereka yang percaya, bahwa sebenarnya tidak ada ajaran yang benar di luar ajaran mereka sendiri. Dan ia mengajar kepada orang-orang kafir Mekah, bahwa Tuhan adalah Esa, dan bahwa semua manusia itu sama.
Alangkah ganjilnya ajaran itu bagi masyarakat yang percaya bahwa bagsanya adalah golongan yang paling tinggi. Untuk mengajar menyembah -penyembah berhala, peminum minuman keras( bahaya untuk kesehatan manusia) dan penjudi penjudi ulung tentang jeleknya pebuatan mereka, untuk mengeritik hampir semua dan apa saja yang mereka percayai atau mereka perbuat, untuk memberikan kepada mereka ajaran baru, lalu mendapatkan sukses, adalah merupakan suatu hal yang mustahil. Itu adalah seperti usaha berenang melawan banjir dengan kekuatan yang luar biasa. Itu adalah di luar kemampuan manusia.

Kelima, pendiri-pendiri dari agama-agama itu seperti semua menunjukkan tanda-tanda bukti dan mu'jizat-mu'jizat. Setiap orang dari mereka, menerangkan sejak permulaan, bahwa ajarannya itu akan berhasil dan bahwa mereka berusaha untuk menghancurkan itu akan hancur sendiri. Padahal mereka tidak mempunyai kekuatan-kekuatan lahir. Ditambah lagi bahwa ajaran-ajaran mereka itu bertentangan dengan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan menimbulkan pertentangan yang luar biasa. Sungguhpun demikian mereka berhasil dan apa yang mereka katakan itu benar-benar terjadi. Mengapa kata-kata mereka itu terbukti dan janji-janjinya itu bisa terlaksana? Memang selain Nabi ada juga jenderal-jenderal dan diktator-diktator yang mendapatkan sukses para nabi itu, sukses yang di katakan terlebih dahulu, yang disandarkan kepada Tuhan sejak daripada permulaanya, sukses yang menjadi taruhan dari seluruh kehormatan dan yang dapat di capai sekalipun adanya oposisi yang luar biasa. Orang seperti Napoleon, Hitler dan Jenghiz Khan, dapat mencapai tingkatan yang tinggi dari kedudukan yang rendah. Tetapi mereka tidaklah berbuat sesuatu yang bertentangan dengan alam pikiran pada waktunya. Juga mereka tidak mengatakan bahwa Tuhan telah menjanjikan mereka kemenangan, sekalipun ada tantangan yang bagaimanapun. Juga mereka tidak harus berhadapan dengan oposisi yang besar dari orang-orang sezaman dengan mereka. Tetapi apabila mereka kalah, maka sebenarnya mereka tidak kehilangan apa-apa. Hal yang demikian itu adalah sangat berbeda dengan Nabi Musa a.s , Nabi Isa a.s , dan Nabi Muhammad s.a.w.

Memang mereka itu tidak gagal. Tetapi andaikata mereka itu gagal, mereka akan kehilangan segala-galanya. Mereka tidak di bangga-banggakan oleh masyarakatnya, tetapi mereka akan di maki-maki sebagai pembohong-pembohong. Sejarah tidak akan menghargai sedikitpun kepada mereka dan hinaan dan cercaan selama lamanya adalah pembalasan bagi mereka. Diantara mereka dan orang-orang seperti Napoleon, Hitler atau Jenghiz Khan itu. Memang ada juga yang menganggap mereka itu pahlawan dan kagum akan perbuatan-perbuatannya, akan tetapi apakah mereka itu dapat memperoleh ketaatan dan ketundukan yang sebenarnya? Ketaatan dan ketundukan hanya di berikan kepada pembawa-pembawa agama seperti Nabi Muhammad s.a.w, Isa a.s, Musa a.s , Krisna, Zoroaster dan Buddha bagi orang-orang mengaggap mereka sebagai Nabi. Berjuta-juta umat manusia yang rela menjalankan apa yang di perintahkan oleh pembawa-pembawa agama itu dan berjuta-juta pula orang yang rela meninggalkan apa yang dilarang oleh mereka itu. Fikiran mereka yang sekecil-kecilnya, perbuatan-perbuatan dan kata-kata mereka adalah di dasarkan kepada apa yang di ajarkan oleh Nabi-nabi mereka.

Luar biasa!

Tidak ada komentar: