21 Juli, 2008

Hukum Agama Berbeda

Mengapa hukum-hukum agama itu berbeda?

Inilah sebenarnya yang menjadi pertanyaan! Apabila nabi-nabi itu semuanya dari Tuhan, mengapa ajaran-ajaran mereka berbeda? Apakah Tuhan mengajarkan soal-soal berbeda pula? Orang biasa sajapun akan berusaha untuk tetap kepada apa yang diajarkan dalam waktu dan tempat yang berbeda-beda.


Jawaban pertanyaan ini ialah bahwa keadaan itu tetap sebagaimana biasa, maka adalah tidak perlu di keluarkan pentunjuk yang berbeda-beda. Tetapi sewaktu keadaan sudah berubah, adalah suatu kebijaksanaan bahwa ajaran itu harus berbeda. Pada masa Adam a.s, umat manusia itu hidup dalam satu tempat, oleh karena itu maka ajaran yang coraknya satu itu telah mencukupinya. Hingga zaman nabi Nuh a.s ,umat manusia itu hidup dalam tempat-tempat yang terpencil. Setelah Nuh a.s inilah maka umat manusia itu memberata di berbagai dunia ini. Tetapi pengaruh ajaran Nuh a.s, ini mulai berkurang. Maka datanglah Rasul-rasul yang lain, dan pengaruh mereka berangsur-angsur berkurang pula dan tiap-tiap Rasul itu di utus untuk kaumnya masing-masing dan untuk masa tertentu.


Inilah yang menyebabkan adanya perbedaan hukum-hukum antara satu agama dengan lainnya, terutama lagi karena akal manusia belum benar-benar berkembang. Karena kecerdasan umat manusia belum berkembang, maka untuk tiap negeri di kirim utusan yang sesuai dengan perkembangan pikiran yang ada pada waktu itu.
Sewaktu umat manusia itu sudah maju, dan makin banyak negeri yang di tempati, dan jarak antara satu negeri dengan lainnya menjadi tidak berarti lagi dan alat-alat komunikasi menjadi lebih baik, maka fikiran yang mulai menghargai akan perlunya ajaran yang universil yang mencukupi untuk mengurus peri kehidupan seluruh umat manusia ini. Dengan perantaran saling hubungan antara satu kelompok umat manusia dengan yang lainnya, maka orang mulai memahami tentang kesatuan umat manusia dan hanya Pencipta dan Zat Yang Esa yang mengatur mereka.


Dijazirah Arab Tuhan membangkitkan utusan-Nya yang terakhir untuk umat manusia, dan itulah Nabi Muhammad, oleh karena itu tidak mengherankan bahwa risalahnya(suratnya) itu di mulai dengan menyeru manusia kepada Keesaan Tuhan, yang mengusai alam semesta. Ajarannya itu menyatakan tentang Tuhan yang berhak di sembah, yang memberikan petunjuk kepada semua golongan umat manusia di semua negeri dan tidak di tujukan kepada sesuatu negeri tertentu atau sesuatu golongan umat manusia tertentu saja. Oleh karena itu Nabi Muhammad s.a.w adalah yang di utus untuk seluruh umat manusia dan ajarannya adalah universil. Nabi yang membawa risalah itu dapat di katakan Adam ke dua. Sebagaimana pada Adam yang pertama hanya ada satu macam risalah(surat) itu dapat di katakan dunia menjadi satu lagi, dengan satu macam risalah(surat) dan satu macam golongan umat manusia, maka di dalam waktu Adam yang kedua, dunia menjadi satu lagi, dengan satu macam risalah (surat) dan satu macam umat manusia. Oleh karena itu apabila manusia itu di ciptakan oleh Tuhan Yang Esa, dan apabila Tuhan itu memelihara semua umat manusia di negeri mana saja dan di waktu kapan saja, maka adalah merupakan suatu keharusan, bahwa akhirnya kelompok-kelompok manusia yang berbeda-beda itu dengan tardisi-tradisi yang berbeda-beda pula, bersatu dalam satu ikatan kepercayaan dan pandangan hidup. Andakata Al Qur'an tidak di turunkan, maka tujuan kerohanian tentang penciptaan manusia itu akan lenyap.



Kenyataannya umat manusia dewasa ini terbagi atas berbagai agama. Dari keadaan ini dapat di ibaratkan sebagai sebuah sungai yang mempunyai beberapa anak sungai yang besar dan mengalir kedalam laut dan di situlah kebagusan dan kemegahannya kelihatan.



Risalah (surat) yang di bawa oleh Musa a.s. Isa a.s, dan lain lain Nabi di berbagai dunia ini adalah laksana anak-anak sungai mengalir menuju kesatu aliran sungai besar dan menuju kesamudra raya. Memang semua risalah(surat) yang di bawa Nabi-nabi itu baik. Tetapi adalah suatu keharusan bahwa sungai-sungai itu harus mengalir ke satu tujuan, ialah samudra raya dan membuktikan tentang Keesaan Tuhan dan mengajarkan satu tujuan agung yang penghabisan yaitu agama islam, yang untuk tujuan itu manusia di ciptakan; Apabila Al Qur'an tidak membawa ajaran ini, maka ajaran dari Nabi manakah yang akan menerangkan? Sudah barang tentu bukanlah kitab Injil, karena Injil hanya membicarakan akan soal Tuhan anak cucu Israel. Juga sudah barang tentu bukan Isa a.s sendiri adalah bukan seorang nabi untuk seluruh umat manusia. Ia sendiri menyatakan:



Janganlah kamu sangkakan Aku hendak merombak hukum Torat atau Kitab Nabi-nabi: bukannya aku datang hendak merombak, melainkan hendak menggenapinya. Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sehingga langit dan bumi lenyap, satu titikpun sekali-kali tiada akan lenyap dari pada hukum Torat itu sampai semuanya telah jadi ( Matius 5:17, 18)



Apa yang di ajarkan oleh Musa a.s dan Nabi-nabi yang dulu itu sudah jelas. Memang penyiar-penyiar kristen pergi ke seluruh dunia untuk menyiarkan ajara Isa a.s , tetapi Isa a.s , sendiri tidak mempunyai maksud demikian itu. Persoalanya adalah bukan apa yang di coba untuk di kerjakan oleh penyiar-penyiar Kristen, tetapi persoalannya adalah apa yang di maksud oleh Isa a.s itu sendiri. Apa yang di maksud oleh Tuhan dalam mengutus Isa a.s. ini! Tentang hal ini tidak ada orang lain yang lebih patut memberi keterangan selain Isa a.s dan dengan jelasnya ia menyatakan:



Maka jawab yesus, katanya: Tiadalah aku di suruhkan kepada yang lain, hanya kepada segala domba yang sesat dari antara bani Israel. ( Matius 15:24)

Oleh karena itulah, maka jelas bahwa ajaran "Isa a.s itu hanya untuk Bani Israel dan bukan untuk lainnya. Para rasul-rasulpun menganggap tidak betul mengajarkan Injil kepada orang-orang yang bukan Bani Israel . Demikian maka orang membaca:



Maka sekalian orang yang berpecah-belah oleh sebab itu aniaya yang berbangkit karena stepanus itupun mengembarakan sampai ke Feniki dan Kiperun dan Antiochia, tetapi tiada memberitakan firman itu kepada seorangpun kecuali kepada Yahudi. ( kisah rasul-rasul 11:19).

Demikianlah juga sewaktu para rasul-rasul Isa a.s mendengar Petrus di suatu tempat mengajarkan Injil kepada orang-orang bukan Bani Israel, maka mereka marah:



Setelah petrus tiba di Yerusalam, maka orang yang menurut adat bersunat itupun berbantah-bantahan dengan dia. Sambil berkata: Engkau sudah pergi kepada orang bersunat, serta makan bersama-sama mereka itu. ( kisah Rasul-rasul 11:19)



Juga bukan kitab yang di bawa oleh Zoroaster, karena kitab itu mengajarkan bahwa petunjuk Tuhan itu hanya di berikan kepada bangsa Iran belaka. Juga bukan oleh kitab Weda, karena para Rishi mengajarkan keharusan adanya hukuman menuangkan timah yang mendidih kedalam telinga kedalam telinga orang-orang sudra, penduduk India asli- yang berani mendengarkan bacaan Kitab Weda. Juga bukan Buddha, karena sekalipun kepercayaan tentang Buddha itu tersiar ke negeri Tiongkok setelah buddha meninggal, tetapi ajaran buddha itu sendiri tidak pernah melintasi daerah perbatasan India. Oleh karena itu memang sebelum datangnya Nabi Muhammad s.a.w tidak ada seorang Nabipun yang di utus kepada seluruh umat manusia, dan sebelum Al Qur'an tidak ada sebuah kitab sucipun yang di tujukan kepada seluruh umat manusia. Hanya Nabi Muhammad s.a.w yang menerangkan:



Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain dia, yang menghidupkan dan mematikan. Karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya(kitab-kitab-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. ( surat(7) Al A'raaf ayat 158).



Dengan ini jelaslah bahwa tujuan di turunkannya Al Qur'an itu adalah untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan itu dan untuk menghapuskan perbedaan antara satu agama dengan agama lainnya dan antara sekelompok umat manusia dengan kelompok umat lainnya. Perbedaan itu tidak bisa di cegah karena terbatasnya ajaran-ajaran Nabi-nabi yang dulu. Apabila Al Qur'an tidak di turunkan, maka perbedaan itu akan berlangsung. Dunia tidak akan mengenal Sang Pencipta Yang Esa dan juga tidak dapat memahami bahwa penciptaannya itu mempunyai tujuan yang agung. Perbedaan antara agama-agama sebelum kedatangan Islam itu merupakan suatu keharusan dan bukan penghalang kan kedatangan seorang Nabi terakhir . Itulah Nabi Muhammad s.a.w.

Love Islam

7 komentar:

Unknown mengatakan...

wah bagus artikelnya

Unknown mengatakan...

wah bagus nih artikelnya

Anonim mengatakan...

menambah wawasan

Anonim mengatakan...

Setiap dien pada esensinya sama yaitu Mentauhidkan Allah SWT dan menjalankan hukumNya. Namun dikarenakan faktor zaman dan letak geografis maka dien Allah SWT diturunkan sesuai dengan pola fikir manusia zamannya dan letak geografisnya sehingga tampak adanya perbedaan secara hurufiah dan dalam tatanan sosial.

Namun pada hakikatnya dien yang dibawa para nabi dan para rasul Allah ialah Islam = tunduk patuh pada ALLAH SWT.

Bagus gi tulisannya dan sempet kage t pas masuk karena catnya sudah beda:D , Regi apa kabar?

Anonim mengatakan...

@ Abibakar

Yub setuju bi..Kabarku baik, thanks yah.

@ Jayengbaya

Salam kenal bro

Anonim mengatakan...

assallammu alikum ukthi bagus artikelnya terima kasih buat sharingnya

Dream Competition mengatakan...

@ arief

Sama-sama akhi, wassalam