16 Juli, 2008

Sejarah Al Qur'an

1. APAKAH AL QUR'AN ITU?

a. Arti kata Qur'an dan apa yang dimaksud Al Qur'an.

"Qur'an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang di kemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti " bacaan" asal kata qaraa. Kata Al Qur'an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf'ul yaitu maqru (dibaca).
Didalam Qur'an sendiri ada pemakaian kata "Qur'an" dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17, 18 surat(75) Al Qiyamah:

" sesungguhnya mengumpulkan Al Qur'an (didalam dadamu) dan ( menetapkan) bacaanya ( pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami.( Karena itu) , jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaanya".

Kemudian di pakai kata "Qur'an" itu untuk Alqur'an yang di kenal sekarang ini. Adapun definisi Al Qur'an ialah:"Kalam Allah s.w.t merupakan mu'jizat yang di turunkan ( diwahyukan) kepada Nabi Muhammad s.a.w dan yang di tulis di mushaf dan di riwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

Dengan definisi ini, Kalam Allah yang di turunkan kepada Nbi-nabi selain Muhammad s.a.w, tidak di namakan Al Qura'an seperti Taurat yang di turunkan Nabi Musa a.s, atau Injil yang di turunkan kepda Nabi Isa a.s. Dengan demikian pula kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang membanya tidak di anggap sebagai ibadah, seperti Hadist Qudsi, tidak pula di namakan Al Qur'an.

b. Cara-cara Al aqur'an di wahyukan.
Nabi Muhhammad s.a.w dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, di antaranya:
1. Malaikat memasukan wahyu itu kedalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w tidak melihat sesuatu apapun , hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Menganai hal ini Nabi mengatakan : "Ruhul qudus mewahyukan kedalam kalbuku", ( lihat surat (42) Asy Syuura ayat (51).

2. Malaikat menampakan dirinya kepada Nabi berupa seorang anak laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal akan kata-kata itu.

3. Wahyu datang kepadanya seperti gmerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat berat di rasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat , meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang amat sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh zaid bin tsabit:" Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan di serang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".

4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no.2, tetapi benar-benar seperti rupanya asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur'an surat (53) An Najm ayat 13 dan 14.

Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain(kedua).Ketika (ia berada) di Sidratulmuntaha.

c. Hikmah di turunkan Al Qur'an secara berangsur-angsur.

Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Hikamah Al Qur'an di turunkan secara berangsur-angsur ialah:

1. Agar lebih mudah di mengerti dan di laksanakan. Orang akan enggan melaksanakan suruhan dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu di turunka sekaligus banyak. Hal di sebutkan oleh Bukhari dari riwayat 'Aisyah r.a.

2. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat di lakukan sekiranya Al Qur'an di turunkan sekaligus. ( ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh ).

3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.

4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al Qur'an tidak di turunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an surat (25) Al Furqaan ayat 32 yaitu:
Mengapa Al Qur'an tidak di turunkan kepadanya sekaligus? Kemudian jawabnya di dalam ayat itu sendiri: Demikianlah, dengan (cara) begitu kami hendak menetapkan hatimu.

5. Diantara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagai di katakan oleh Ibnu' Abas r.a hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur'an di turunkan sekaligus.

d. Ayat-ayat Makkiyyah dan ayat-ayat Madaniyyah.

Di tinjau dari masa segi turunnya, maka Al Qur'an itu di bagi atas dua golongan:
1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad s.a.w hijrah keMadinah di namakan ayat-ayat Madaniyyah.
Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al Qur'an terdiri atas 86 surat, sedang ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al Qur'an terdiri atas 28 surat.

Perbedaan ayat-ayat Makkiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:

1. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur'an ayat-ayatnya berjumlah 1.456, sedang surat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur'an jumlah ayat-ayatnya 4.780 ayat. Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali surat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang juz 29 ialah Makkiyyah kecuali surat (76) Adhar, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al Anfaal dan surat Asy Syu'araa masing-masing merupakan setengan juz, tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat-ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makkiyah dengan ayatnya yang berjumlah 227.

2. Dalam surat-surat Madaniyyah terdapat perkataan '' ya ayyuhalldzina aamanu'' dan sedikit sekali terdapat perkataan '' ya ayyuhannaas'', sedang dalam surat-surat Makkiyyah adalah sebaliknya.

3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum , baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketatanegaraan, hukum perang, hukum internasional, hukum antar agama dan lain-lain.

e. Nama-nama Al Qur'an.

Allah memberi nama Kitab-Nya dengan AL Qur'an yang berarti " bacaan".
Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qur'an Al Qiyaamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut di atas.
Nama ini di kuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al Israa' ayat 88; surat (2) Al Baqarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaaha ayat 2; surat ( 27) An Naml ayat 6; surat (46) Ahqaaf ayat 29; surat ( 56) Al Waaqi'ah ayat 77; surat (59) Al Hasyr ayat 21 dan surat (76) Addahr ayat 23.
Menurut pengertian ayat-ayat di atas Al Qur'an itu di pakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Selain Al Qur'an , Allah juga memberi beberapa nama lain dari Kitab-Nya seperti:

1. Al Kitaab atau Kitabullah: Merupakan synonim dari perkataan Al Qur'an, sebagaimana tersebut dalam dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya: " Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya " Lihat pula surat (6) Al An'aam ayat 114.

2. Al Furqaan: " Al Furqaan" artinya :" pembeda" ialah "yang membedakan yang benar dan yang batil' sebagai tersebut dalam surat (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya: '' Maha agung ( Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hambanya, agar ia menjadi peringatan, kepada hambanya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam''.

3. Aldz-Dzikir:
artinya: "peringatan" sebagaimana yang tersebut dalam surat (15) Al Hijr ayat 9 yang artinya: " sesungguhnya kamilah yang menurunkan " adz-dzikir" dan sesungguhnya kamilah penjaganya''. (lihat pula surat (16) An Nahl ayat 44.
Dari nama yang tiga tersebut di atas, yang paling masyur dan merupakan nama khas ialah " Al Qur'an".
Selain dari nama-nama yang tiga itu ada lagi beberapa nama bagi Al Qur'an . Imam As Suyuthi dalam kitabnya Al Itqan , menyebutkan nama-nama Al Qur'an di antaranya: Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.

f. Surat-surat dalam Al Qur'an.

Jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur'an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang di tetapkan dan di ajarkan oleh Rasulullah sendiri ( tauqifi).
Sebagian dari surat-surat Al Qur'an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan di terangkan dalam muqaddimah tiap-tiap surat.

Surat-surat dalam Al Qur'an di tinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4 bagian, yaitu:

1. ASSAB'UTHTHIWAAL, di maksudkan, tujuh surat yang panjang. yaitu: Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa', Al A'raaf, Al An'aam, Al Maa-idah dan Yunus.

2. AL MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih, seperti: Hud, Yusuf, Mu'min dsb.

3. AL MATSAANI, dimaksudkan sura-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat, seperti: Al Anfaal, Al Hijr dsb.

4. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surat-surat pendek, seperti: Adhdhuha, Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas, dsb.

g. Huruf-huruf Hijaaiyyah yang ada pada permulaan surat.

Didalah Al Qur'an terdapat 29 surat yang di mulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah yaitu pada surat-surat:
(1) Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) Al A'raaf, (4) Yunus, (5) Yusuf, (6) Ar Ra'ad, (7) Ibrahim, (8) Al Hijr, (9) Maryam, (10) Thaaha, (11) Asy syu'araa, (12) An Naml, (13) Al Qashash, (14) Al Ankabuut, (15) Ar Ruum, (16) Lukman, (17) As Sajdah (18) Yasin, (19) Shaad, (20) Al Mu'min, (21) Fushsilat, (22) Asy Syuuraa, (23) Az Zukhruf, (24) Ad Dukhaan, (25) Al Jaatsiyah, (26) Al Ahqaaf, (27) Qaaf dan (28) Al Qalam (Nuun).

Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas, di namakan " Fawaatishshuwar" artinya pembukaan surat-surat.

II. SEJARAH PEMELIHARAAN KEMURNIAN AL QUR'AN.

a. Memelihara Al Qur'an di masa Nabi s.aw.
Pada permulaan Islam bangsa bangsa Arab adalah satu bangsa yang buta huruf; amat sedikit mereka yang bisa yang pandai menulis dan membaca.
Mereka belum mengenal kertas sebagai kertas yang di kenal sekarang.
Perkataan "Al waraq" (daun) yang lazim pula di pakaikan dengan arti"kertas" di masa itu , hanyalah di pakaikan pada daun kayu saja.

Adapun kata " Al Qirthas" yang dari padanya terambil kata-kata Indonesia "kertas" di pakaikan oleh mereka hanyalah kepada benda-benda ( bahan-bahan) yang mereka pergunakan untuk di tulis, yaitu: Kulit binatang, batu yang tipis dan licin, pelapah tamar(korma), tulang binatang dan lain-lain sebagainya.

Setelah mereka menaklukkan negeri persia, yaitu sesudah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w, barulah mereka mengetahui kertas. Orang Persia menamai kertas itu"kaqhid", maka di pakailah kata-kata kaqhid ini untuk kertas oleh bangsa Arab semenjak itu.

Adapun sebelum masa Nabi ataupun dimasa Nabi, kata-kata ''alkaqhid" itu tidak ada dalam pemakaian bahasa Arab, maupun dalam hadist-hadist Nabi. Kemudian kata-kata " alqirthas' itupun di pakai pula oleh bangsa Arab kepada apa yang di namakan " kaqhid" dalam bahasa persia itu.
Kitab atau buku tentang apapun, juga belum ada pada mereka. Kata-kata " kitab'' di masa itu hanyalah berarti : sepotong kulit, batu, atau tulang dan sebagainya yang telah tertulis, atau berarti surat, seperti kata " kitab' dalam ayat 28 surat (27) An Naml.
" Pergilah dengan surat saya ini , maka jatuhkanlah dia kepada mereka"
Begitu juga "kutub" (jama' kitab) yang di kirimkan oleh Nabi kepada raja-raja di masanya, untuk menyeru mereka kepada Islam.

Karena mereka belum mengenal kitab atau buku sebagai yang di kenal sekarang, sebab itu di waktu Al Qur'anul Karim itu di bukukan di masa Khalifah Utsman bin "Affan- sebagai akan di terangkan nanti-, mereka tidak tahu dengan apa Al Qur'an yang telah di bukukan itu akan di namai. Bermacam-macam pendapat sahabat tentang nama yang harus di berikan. Akhirnya mereka sepakat menamainya dengan "Al Mushaf" (Ism maf'ul dari ashafa, dan ashafa artinya: mengumpulkan (shuhuf), jamak dari shahifah, lembaran-lembaran yang telah bertulis.

Kendatipun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf, tetapi mereka mempunyai ingatan yang amat kuat.Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan sya'ir- sya'ir dari pujangga-pujangga dan penyai'r-penya'ir mereka, ansab (silsilah keturunan) mereka, peperangan-peperangan yang terjadi di antara mereka, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam mayarakat dan kehidupan mereka tiap hari dan lain-lain sebagainya, adalah kepada hafalan semata-mata.

Demikian keadaan bangsa Arab di waktu kedatangan agama Islam itu. Maka di jalankanlah oleh Nabi suatu cara yang 'amali ( praktis) yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan Al Qur'anul Karim dan memeliharanya.

Tiap-tiap di turunkan ayat-ayat itu Nabi menyuruh menghafalnya, dan menuliskannya, di batu, kulit binatang, pelapah tamar (korma), dan apa saja yang bisa di susun dalam sesuatu surat. Nabi menerangkan tertib urut ayat-ayat itu. Nabi mengadakan peraturan, yaitu Al Qur'an sajalah yang boleh di tuliskan, selain dari Al Qur'an , Hadist atau pelajaran-pelajaran yang mereka dengar dari mulut Nabi, di larang di larang menuliskannya. Larangan ini dengan maksud supaya Al Qur'anul Karim itu terpelihara, jangan campur aduk dengan yang lain-lain yang juga di dengar dari Nabi.

Nabi menganjurkan supaya Al Qur'an itu di hafal, selalu di baca, dan di wajibkannya membacanya dalam sembahyang.
Dengan jalan demikian banyaklah orang yang hafal Al Qur'an . Surat yang satu macam, di hafal oleh ribuan manusia, dan banyak yang hafal seluruh Al Qur'an. Dalam pada itu tidak ada satu ayatpun yang tak tertuliskan.
Kepandaian menulis membaca itu amat di hargai dan di gembirakan oleh Nabi. Beliau berkata:

" Di akhirat nanti tinta ulama-ulama itu akan di timbang dengan darah syuhada' ( orang-orang yang mati sahed)''.

Pada peperangan badar, orang-orang musrikin yang di tawan oleh Nabi, yang tidak mampu menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai menulis baca, masing-masing di haruskan mengajar sepuluh orang Muslim menulis dan membaca sebagai ganti tebusan.
Di dalam Al Qur'an pun banyak ayat-ayat yang mengutarakan penghargaan yang tinggi terhadap huruf, pena dan tulisan. Firman Allah:

Nun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan. (Surat(68) Al Qalam ayat 1)

Bacalah, dan Tuhanmu amat mulia. Yang telah mengejar dengan pena. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahui. ( Surat (96) Al 'Alaq ayat 3,4,5)

Karena itu bertambahlah keinginan untuk belajar menulis dan membaca, dan bertambah banyaklah mereka yang pandai menulis dan membaca itu, dan banyaklah orang yang menulis ayat-ayat yang telah di turunkan . Nabi sendiri mempunyai beberapa penulis yang bertugas menuliskan Al Qur'an untuk beliau. Penulis-penulis beliau terkenal ialah ' Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan Mu'awiyah. Yang terbanyak menuliskan ialah Zaid bin Tsbit dan Muhawiyah.

Dengan demikian terdapatlah di masa Nabi tiga unsur yang tolong-menolong memelihara Al qur'an yang telah di turunkan.

Tidak ada komentar: