11 April, 2013

Tafsir Surat AT Tahriim Ayat 1-5

1Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
3Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
4Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.
5Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.


Terjadi perbedaan pendapat mengenai sebab turunnya permulaan surat ini. Ada yang menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Mariyah, sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mengharamkannya. Lalu turunlah firman Allah Ta'ala, "Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang telah Allah halalkan bagimu, kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu?"
Dan yang benar bahwa hal itu berkenaan dengan pengharaman madu oleh beliau, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab al-Limaan wan Nudzuur, al-Hasan bin Muhammad memberitahu kami, al-Hajjaj memberitahu kami, dari Ibnu Juraiji, dia bercerita, 'Atha' dia pernah mendengar, Ubaid bin Umair bercerita, aku pernah mendengar 'Aisyah pernah mengaku bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah singgah di tempat Zainab binti Jahsy dan meminum madu disana. Kemudian aku bersepakat dengan Hafshah, jika beliau memasuki rumah salah satu dari kami, maka katakanlah kepada beliau: "Sesungguhnya aku mencium bau maghafir pada dirimu, pasti engkau telah memakan maghafir". Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam menemui salah seorang dari keduanya. Lalu beliau berkata: "Tidak, tetapi aku telah meminum madu di rumah Zainab binti Jahsy, dan sekali-kali tidak akan meminumnya lagi." Kemudian turunlah ayat

"Hai Nabi mengapa engkau mengharamkan apa yang telah Allah halalkan bagimu. -Sampai pada firman-Nya-Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hatimu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan) ," berkenaan dengan 'Aisyah dan Hafshah.

"Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istri beliau suatu peristiwa," berkenaan dengan sabda beliau: "Tidak, tetapi aku telah meminum madu."

Sedangkan Ibrahim bin Musa berkata dari Hisyam, "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: 'Aku tidak akan mengulangi lagi (minum madu) dan aku bersumpah untuk itu. Karenanya, janganlah engkau memberitahukan hal itu kepada siapa pun.'"

Demikianlah yang diriwayatkan dalam kitab ath-Thalaaq dengan sanad ini dan dengan lafazh yang berdekatan.

Kemudian dia mengatakan maghafir adalah sesuatu yang menyerupai getah yang ada pada pohon ramts, yang memiliki rasa manis. Dikatakan aghfirur ramts, jika getahnya mulai tampak. Bentuk tunggalanya adalah maghfuur, sedangkan jama'nya maghaafiir." Demikianlah yang dikatakan al-Jauhari.

Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dalam kitab ath-Thalaaq dari kitabnya Shahih Muslim.

Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Muqatil bin Hayyan, adh-Dhahhak, dan lain-lain mengatakan: "Dan orang-orang yang beriman yang baik, yakni Abu Bakar dan Umar." Sedangkan al-Hasan, al-Basri menambahkan: "Juga Utsman."

Al-Laits bin Abi Salim menceritakan dari Mujahid mengenai firman-Nya: "Dan orang-orang yang beriman yang baik," dia mengatakan: "Yakni Ali bin Abi Thalib."

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, dia berkata: "Umar menceritakan bahwa istri-istri Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah berkumpul karena cemburu.
Lalu kukatakan kepada mereka: "Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian, yang patuh, yang taat, yang bertaubat, dan yang mengerjakan ibadah.' Lalu turunlah ayat ini."

Apa yang telah kami kemukakan di atas sudah memperjelas penafsiran ayat-ayat di atas.

Makna firman Allah Ta'ala, "Yang patuh, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah," sudah sangat jelas.

Dan firman Allah Ta'ala: "Yang janda dan yang perawan.'' Maksudnya di antara mereka ada yang janda dan ada pula yang masih perawan. Yang demikian itu agar lebih menyenangkan hati, karena keragaman itu sangat menyenangkan hati.

Tafsir Ibnu Katsir surat AT-Tahriim (mengharamkan), Surat 66: 1-5 Madaniyyah.



2 komentar:

Ninda mengatakan...

lama nggak mampir, aisha apakabar?

Dream Competition mengatakan...

@Ninda, kabar baik, Nin. Makasih telah mampir ya.. :)